“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku” (QS. Al-‘Araf: 146).
Meskipun berderajat tinggi, manusia disebut juga binatang ternak, dalam al-Qur‘an. Sebutan untuk makhluk berderajat rendah ini khusus diberikan kepada orang-orang yang tidak menempatkan dirinya sebagai manusia yang selayaknya.
Tetapi menempatkan dirinya sederajat dengan level binatang, yang tak berperasaan dan tak tahu aturan hidup. Makhluk yang tak berperasaan itu adalah yang tak berfungsi lagi tali-tali rasanya, seperti hati. Matinya tali rasa hati menyebabkannya tak mampu memahami anjuran-anjuran Allah, seperti anjuran untuk tidak berlaku sombong. Sebab kesombongan hanyalah milik Sang Khalik.
Matinya tali rasa hati juga mematikan pandangan. Sehingga apapun kekuasaan Allah yang terhampar luas dalam pandangan matanya, tak memberi pengaruh baik bagi dirinya sedikit pun, seperti timbulnya pengakuan diri sebagai hamba dhaif yang tak layak menyombongkan diri. Matinya tali rasa juga mematikan pendengaran. Sehingga apa-apa yang didengar tentang larangan Allah tak mampu memberi pengaruh baik pada perilakunya. Sehingga kesombongan, misalnya, akan berlangsung terus pada dirinya.
Memang demikian manusia pada level binatang ternak. Mereka sudah dipalingkan dari kebeneran. Juga Allah menyebut orang-orang seperti itu telah lalai (QS. Al-‘Araf: 179). Sehingga ada yang lalai atau terbuai dengan jabatannya. Cirinya, bila jabatannya menambah kesombongannya.