Search This Blog

Friday, October 14, 2011

Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Terhunus

Khalid bin Walid (584 – 642) adalah seorang panglima perang yang termahsyur dan ditakuti di medan perang serta dijuluki sebagai “pedang Allah yang terhunus”. Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang karirnya.

Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk diantara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.

Awalnya Khalid bin Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan pasukan kavalerinya. Pada saat Pertempuran Uhud, Khalidlah yang melihat celah kelemahan pasukan Muslimin yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan turun dari Bukit Uhud dan menghajar pasukan Muslim pada saat itu. Tetapi setelah perang itulah Khalid mulai masuk Islam.

Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.

Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka’bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, “O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu”.

Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani dimata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.

Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-’an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.

Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan Islam.

Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.

Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.

Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.

Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.

Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.

Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya didalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.

Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.

Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.

Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat ber-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajardan seirama dengan kehendak alam.

Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.

Kekalahan kaum Quraisy didalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.

Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.

Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.

Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.

Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.

Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.

Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.

Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.

Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.

Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.

Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.

Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya diatas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid dimedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemauan-Nya.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid diamanahkan unruk memperluas wilayah Islam dan membuat kalang kabut pasukan Romawi dan Persia. Pada tahun 636, pasukan Arab yang dipimpin Khalid berhasil menguasai Suriah dan Palestina dalam Pertempuran Yarmuk, menandai dimulainya penyebaran Islam yang cepat di luar Arab.

Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, Khalid diberhentikan tugasnya dari medan perang dan diberi tugas untuk menjadi duta besar. Hal ini dilakukan oleh Usman agar Khalid tidak terlalu didewakan oleh kaum Muslimin pada masa itu.

(Sumber : Sunatullah.com)

Thursday, October 13, 2011

Procrastination Nite

sumber : http://suar.okezone.com/read/2011/10/13/58/514567/procrastination-nite

Banyak orang ingin tahu mengapa semakin banyak orang dari bangsa ini yang senang menunda-nunda pekerjaan. Jalan-jalan berlubang di kampung tempat tinggal saya, misalnya, kalau belum menjadi kubangan dalam belum ada perbaikan.

Kalaupun diperbaiki, kami semua harus menunggu sampai akhir tahun. Alhamdulillah, akhirnya Oktober ini lubang-lubang dalam itu sudah rata. Di Ambon, beberapa hari lalu seorang bapak menangis bercampur marah karena petugas PLN terlambat datang mengurus jaringan listrik yang bocor. Seorang anak kecil menjadi korban, tersetrum listrik dari air di bak mandi.

Di Medan, puluhan ibu-ibu mengamuk kepada petugas sebuah airlines di bandara, yang terkesan menggampangkan dan tidak cepat menangani keluarga mereka yang menumpang pesawat yang jatuh di lereng Pegunungan Bahorok. Media massa memberitakan, kalau cepat ditangani, kemungkinan besar beberapa korban masih hidup. Akhirnya keberangan publik semakin jelas menyaksikan lambatnya penyerapan APBN di hampir semua kementerian Republik Indonesia.

Seorang pejabat di Kementerian Keuangan pernah mengatakan, hingga akhir Februari lalu, anggaran pada 10 kementerian baru bisa menyerap 5%. Ini berarti mereka tidak langsung bekerja begitu DIPA diterima bulan Januari. Akibatnya, wajar kalau hingga Oktober tahun ini daya serap anggaran masih berkisar 50%. Ada yang bilang sudah sebesar 70%, tetapi banyak orang yang meragukannya.

Tapi, syukurlah, Anda hidup di Negeri Sangkuriang. Bahkan gedung-gedung olahraga yang sudah lama dianggarkan untuk pergelaran kompetisi SEA Games yang mencemaskan banyak pihak diramalkan akan jadi juga pada detik-detik terakhir. Selain Negeri Sangkuriang, Indonesia juga dikenal dengan tradisi ketok magic. Jangan tanya bagaimana caranya, pokoknya percaya saja.

Semua akan beres, selesai pada waktunya. Namun jangan tanya kualitasnya, apalagi check & balancenya. Sudah hampir pasti kerja seperti itu banyak masalahnya. Sepertinya ada masalah besar dalam business process di negeri ini, tetapi entah mengapa, walaupun sudah diperbaiki, tetap saja banyak masalahnya. Kalau prosesnya tidak tepat, apa yang bisa diharapkan pada hasilnya? Good process–great result! Nah kalau prosesnya saja sembarangan, bagaimana output-nya?

Prokrastinasi

Karena hal serupa terjadi berulang-ulang, sudah pasti pemerintah tahu apa yang menyebabkannya. Dulu, anggaran pemerintah baru bisa cair setelah bulan Juni. Perlahan-lahan diperbaiki menjadi bulan Maret dan sekarang sudah bisa dicairkan sejak awal tahun. Tapi masalahnya, mengapa bagian terbesar anggaran ini tetap dihabiskan setelah September? Bukankah ini berarti ”pikiran” aparat birokrasi belum berubah?

Sikap mental yang sering menunda-nunda itu dalam ilmu perilaku dikenal sebagai procrastinator (prokrastinator). Seseorang yang melakukan procrastination (prokrastinasi) punya tendensi mengganti pekerjaan-pekerjaan high priority dengan pekerjaan-pekerjaan low priority. Orang-orang seperti ini biasanya pencemas yang senang menunda-nunda pekerjaan. Prokrastinator mengatakan mereka bisa bekerja bagus dalam suasana di bawah tekanan (under pressure).

Nah dalam birokrasi yang lembek dan lamban, mereka mendapatkan pembenaran. Tapi jangan cepat-cepat percaya bahwa kerja seperti itu bagus. Ada ilmu yang mengatakan sebenarnya prokrastinasi adalah bawaan lahir (human nature) sehingga kalau tidak dibentuk, semua manusia akan menunda-nunda pekerjaannya. A sense of timelessness ada dalam masyarakat suku-suku tertentu, bahkan berlaku sampai sekarang.

Bahkan orang-orang Barat memberi label prokrastinasi kepada orang-orang Afrika sebagai African Time. Di Benua Afrika kebiasaan buruk tidak menepati waktu antara lain dibentuk oleh orientasi waktu polikronik, yaitu kebiasaan mengerjakan banyak hal sekaligus. Adapun di Barat, orang-orang terbiasa menganut budaya monokronik, satu program sampai tuntas.

Lantas dari mana sumber etika ketepatan waktu? Para ahli percaya, etika ketepatan waktu berasal dari seorang ulama Yahudi bernama Hilec (100 BCE) yang mengajukan pertanyaan seperti ini: ”Jika saya bukan untuk diri saya, siapa yang akan melakukannya bagi saya? Tapi jika saya hanya untuk diri saya saja, siapakah saya? Dan bila tidak sekarang, kapan?” Prokrastinasi atau menunda-nunda pekerjaan, tidak taat pada waktu, dianggap sebagai perilaku yang tidak etis, selfish, dan merugikan orang lain.

Di Barat, berlaku pepatah, ”If not now, when?” Kalau bukan sekarang, kapan? Pepatah ini membuat banyak pendidikan kepemimpinan mengarahkan calon-calon pemimpin untuk tidak menunda-nunda masalah. Masalah harus cepat didiskusikan, direncanakan, dan diatasi. Dalam ilmu manajemen dikenal istilah time management yang marak diberikan dalam berbagai workshop di sekitar era 1980-an. Bukan hanya sikap mental yang mereka bentuk, melainkan juga alat-alat pencatat (agenda kerja) banyak.

Stephen Covey bahkan membagi orientasi waktu manusia ke dalam empat kategori. Generasi pertama adalah manusia dengan alat bantu waktu (jam) yang berfungsi memberi peringatan (alarm atau wake up call). Generasi kedua adalah time management dengan perencanaan dan kalender. Pada generasi ketiga, dimasukkan unsur perilaku seperti bekerja dengan prioritas, menjabarkan prinsip-prinsip pareto (bahwa 80% hasil yang didapat ternyata banyak diperoleh dari 20% pekerjaan yang penting), dan mengedepankan tata nilai.

Namun orientasi waktu generasi keempat sudah dikaitkan dengan tata kelola dengan menggunakan berbagai peralatan teknologi. Waktu berjalan, para ahli telah menunjukkan bahwa bangsa-bangsa yang unggul bukanlah bangsa yang mengorbankan waktu dan bekerja tanpa memikirkan prioritas. Semakin sering suatu bangsa mengabaikan timeline, seperti yang Anda lihat, semakin fragile (mudah rusak, berisiko gagal) bangsa itu.

Punctuality Nite

Di Afrika, kebiasaan menunda-nunda waktu dirasakan banyak pebisnis sebagai penyakit menular yang sama bahayanya dengan HIV-AIDS. Maka pada Oktober empat tahun yang silam para pebisnis di Republik Pantai Gading bekerja sama dengan pemerintah menyelenggarakan pesta budaya untuk memerangi budaya jam Afrika. Mereka menggelar kompetisi ketepatan waktu berhadiah sebuah vila seharga Rp1 miliar.

Menurut Reuters, kompetisi itu dilakukan untuk membangun kesadaran tentang besarnya kerugian yang dialami bangsa dari perilaku bekerja tanpa memperkirakan waktu. Kompetisi itu ditutup dengan malam kesenian disebut punctuality night (malam ketepatan waktu) dengan subtema: African time is killing Africa–let’s fight it! Saya berpikir, pemerintah yang baik tidak hanya peduli membangun bangsanya dengan hanya membangun infrastruktur fisik berupa jalan tol, pelabuhan, bendungan, dan gedung-gedung bertingkat saja. Pemerintah yang hebat perlu membangun budaya, yaitu budaya respek. Ini adalah budaya yang hampir hilang dari kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang menghargai waktu adalah orang-orang yang memiliki budaya respek.

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI