“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi.” (QS al-Hajj: 11).
Pernyataan Allah tersebut menggugah kita sebagai hamba-hambaNya untuk senantiasa memahami posisi diri: sedang dalam keadaan berimankah atau masih berada di tepi. Orang yang berada di tepi ini tak lain adalah orang yang mengaku beriman kepada Allah tetapi tidak dengan penuh keyakinan. Tanda-tandanya, jika memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalam keadaan demikian (QS al-Hajj: 11). Kebaikan-kebaikan tersebut tidak membuatnya tergugah untuk meningkatkan keimanan atau rasa syukur kepada Allah.
Yang perlu diingat, orang yang berada dalam keadaan demikian sangat labil jiwanya. Sehingga, Allah mengingatkan, “Jika orang tersebut ditimpa suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang” (QS al-Hajj: 11), atau kembalinya ia kepada kekafiran atau ingkar kepada Allah.
Tanda-tanda yang disebutkan Allah di atas kiranya sudah cukup jelas dan mungkin tidak sedikit dilakukan oleh sebahagian kita. Kita tidak menyadari kalau sedang menikmati kebaikan-kebaikan yang diberikan Allah, sehingga semua itu jarang disyukuri dengan mempertebal keimanan kepadaNya. Sedangkan ketika sedikit merasa terjepit, segala cara yang dilarang dan bahkan mengundang laknat Allah, dilakukan, tak terkecuali menjadi murtad.
Keadaan kita yang demikian sesungguhnya merugikan diri kita sendiri. Sebagaimana peringatan Allah, “Rugilah ia (yang demikian itu) di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata (QS al-Hajj: 11).
Pernyataan Allah tersebut menggugah kita sebagai hamba-hambaNya untuk senantiasa memahami posisi diri: sedang dalam keadaan berimankah atau masih berada di tepi. Orang yang berada di tepi ini tak lain adalah orang yang mengaku beriman kepada Allah tetapi tidak dengan penuh keyakinan. Tanda-tandanya, jika memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalam keadaan demikian (QS al-Hajj: 11). Kebaikan-kebaikan tersebut tidak membuatnya tergugah untuk meningkatkan keimanan atau rasa syukur kepada Allah.
Yang perlu diingat, orang yang berada dalam keadaan demikian sangat labil jiwanya. Sehingga, Allah mengingatkan, “Jika orang tersebut ditimpa suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang” (QS al-Hajj: 11), atau kembalinya ia kepada kekafiran atau ingkar kepada Allah.
Tanda-tanda yang disebutkan Allah di atas kiranya sudah cukup jelas dan mungkin tidak sedikit dilakukan oleh sebahagian kita. Kita tidak menyadari kalau sedang menikmati kebaikan-kebaikan yang diberikan Allah, sehingga semua itu jarang disyukuri dengan mempertebal keimanan kepadaNya. Sedangkan ketika sedikit merasa terjepit, segala cara yang dilarang dan bahkan mengundang laknat Allah, dilakukan, tak terkecuali menjadi murtad.
Keadaan kita yang demikian sesungguhnya merugikan diri kita sendiri. Sebagaimana peringatan Allah, “Rugilah ia (yang demikian itu) di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata (QS al-Hajj: 11).
No comments:
Post a Comment