Search This Blog

Friday, July 29, 2005

[^] Ciri dan Bahaya Riya'

Ada empat ciri orang yang (beramal) riya: malas beramal jika bersendirian, bersemangat beramal bila di depan orang, bertambah amalnya jika dipuji dan menguranginya jika dicela ( Saidina Ali bin Abi Talib).

Ahli hikmah mengibaratkan orang yang ria dalam melakukan sesuatu, termasuk melakukan ibadah kepada Allah, itu dengan orang yang pergi ke pasar yang kantongnya diisi penuh dengan batu. Tujuannya tidak lain agar orang-orang melihatnya dengan kagum dan menyangkanya kantongnya penuh dengan uang. Ini bermakna bahwa suatu pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak, sungguh-sungguh, melelahkan, dan bahkan memakan korban jiwa, adalah samasekali perbuatan yang sia-sia. Sebab, suatu pekerjaan yang mengandung riya tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, karena yang jelas dia hanya melakukan sesuatu dengan mengharapkan sesuatu pujian dari manusia.

Orang yang beramal dengan ria pada hari kiamat nanti akan disuruh mengambil pahalanya di dunia ini dari orang-orang yang dia beramal untuk orang tertentu. Katankanlah misalnya seorang pemuda yang ingin membantu orang yang terkena tsunami dengan mengharapkan penghargaan pemerintah, bukan ikhlas karena Allah. Akibatnya, pekerjaan itu akan serius dilakukan di daerah-daerah tertentu yang mudah terlihat oleh pemerintah.

Lebih jauh, Nabi Muhammad menyamakan amal dengan ria itu dengan syirik. Kata Nabi, Sesuatu yang paling aku takuti terjadi padamu sekalian adalah penyakit syirik kecil. Para sahabat bertanya, Apa itu syirki kecil? Nabi menjawab, Itulah ria.

Wednesday, July 27, 2005

[^] Jangan Bersedih Hanya Karena Musibah Itu….

Sekarang ini, setiap harinya entah berapa banyak manusia yang mengawali pagi harinya dengan tiada sedikitpun rasa semangat dalam diri. Anggapan bahwa hari ini tidak akan lebih baik dari hari kemarin selalu mengubah caranya berpikir. Akibatnya jelas, hal-hal yang tidak semestinya terjadi, terjadi.

Di lain sisi, banyak juga manusia yang merasa Allah tidak berlaku adil terhadapnya. Dilihatnya kehidupan temannya di sekitar, ada diantara mereka yang mengenderai mobil ketika menuju ke kantor, ada juga diantara mereka yang mengendarai motor besar ketika ke kantor, sedangkan dia hanya menumpang bus kota yang penuh sesak dengan manusia lain.

Ada juga pribadi yang tidak sabar ketika menerima sebuah cobaan hidup padanya. Masih begitu segar dalam ingatan kita, betapa siaran kriminal di televisi akhir-akhir ini sungguh teramat menyedihkan. Seorang pengusaha yang memilih untuk terjun dari apartemennya hanya karena tidak mampu lagi membayar hutang, kisah seorang pelajar yang menggantungkan dirinya hanya karena tidak mampu membayar uang sekolah, ada juga kisah seorang yang meminum baygon karena memang sudah tidak mampu lagi menahan cacian dan makian orang sekitar. Sungguh teramat tragis ending dari perjalanan hidup mereka. Mungkin mereka lupa bahwa akan ada kehidupan setelah kehidupan di dunia ini, kalaulah kiranya mereka ingat bahwa membunuh diri adalah hal yang sangat dilarang dalam agama bahkan termasuk dalam tujuh kategori dosa besar mungkin mereka akan berpikir ulang sebelum mengambil keputusan yang sangat kontraversial tersebut.

Lalu muncul sebuah pernyataan dari realita diatas, apa memang begitu caranya menanggapi sebuah permasalahan yang menimpa dalam diri kita?

Mari coba kita perhatikan ayat berikut (Q.S Al-Ankabuut 1-3) :

1. Alif laam miim
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Ayat ini menghentakkan sekaligus menyadarkan kita tentang urgensi dan esensi dari rangkaian ujian yang telah, sedang, dan akan kita jalani dalam proses perjalanan hidup di dunia ini. Bahwa memang Allah sengaja menguji hamba-Nya dengan berbagai macam ujian dan cobaan yang kalau kita cermat memperhatikan, ujian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya sangat beragam.

Ayat diatas juga menyebutkan bahwa ujian adalah sebuah keniscayaan bagi mereka yang mengaku beriman kepada Allah, karena hakikat orang yang beriman akan senantiasa konsisten dengan keimanannya apapun dan bagaimanapun kondisinya, baik dalam keadaan senang ataupun sedih. Kelak, akan terlihat siapa yang benar-benar beriman kepada Allah dan siapa yang bersifat oportunis. Oportunis adalah mereka yang sewaktu-waktu mengatakan beriman padahal sebenarnya mereka tidak beriman, mereka mencoba untuk membohongi Allah dan orang-orang yang benar-benar beriman lainnya, atau dalam bahasa lain oportunis inilah mereka kaum munafik seperti yang telah Allah gambarkan dalam awal surat Al-Baqarah.

Tentu bukan tanpa maksud Allah memberikan cobaan kepada hamba-Nya. Selain untuk mengetahui siapa yang benar-benar beriman, ujian juga untuk meningkatkan derajat manusia. Nah inilah yang jarang disadari oleh kita. Bukankah setiap ujian Allah yang berhasil kita lewati dengan baik akan semakin meningkatkan derajat kita di hadapan Allah? Bukankah ketinggian derajat Rasulullah karena memang beliau senantiasa mendapat ujian oleh Allah dalam mengemban risalah-Nya? Bukankah ketinggian derajat para shahabat setelah mereka ditimpa ujian oleh Allah? Diantara mereka ada yang telah dijanjikan syurga oleh Rasulullah itu setelah mereka mengorbankan harta, jiwa bahkan keluarganya untuk Islam. Diantara mereka ada yang meninggal dengan dicincang dan dicabik-cabik tubuhnya, ada juga yang mati di tiang gantungan, ada juga yang mati dengan puluhan tusukan dan goresan pedang. Tapi mereka berhasil melewati itu semua dan mereka akhirnya mendapatkan derajat yang teramat tinggi dihadapan Allah.

Ketika kita menerima cobaan hidup dari Allah, kita terkadang terlalu hiperbolik dengan menganggap seolah-olah kita adalah makhluk yang paling sengsara di muka bumi ini, dan tak jarang pula kita menganggap bahwa Allah telah berlaku tidak adil hanya kepada diri kita. Sejenak mungkin kita lupa, bahwa disekitar kita ada banyak manusia yang diberikan ujian yang teramat jauh dan berat dibandingkan kita. Kalau kita mencoba jujur pada diri kita, kita akhirnya menemukan sebuah jawaban, rupanya musibah yang menimpa diri kita itu belum seberapa jika dibandingkan dengan orang lain. Jika kita telah menyadari itu, patutkah kita bersenang karena ujian kita lebih ringan dibandingkan dengan orang lain? Sikap itupun sepertinya kurang tepat, karena semakin tinggi ujian yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya maka semakin tinggi pula derajat hamba tersebut. Dalam sebuah hadist diriwayatkan, bahwa Allah akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya sesuai dengan kadar/derajat hamba tersebut, jika dia berhasil melewati ujian tersebut dengan baik maka derajatnya akan dinaikkan dan akan ditimpakan musibah yang lebih berat lagi dari sebelumnya. Berarti jelas, kita patut khawatir jika musibah yang menimpa kita sangatlah ringan, jangan-jangan derajat kita sangat rendah di hadapan Allah.

Seperti ujian kenaikan kelas, itulah mungkin gambaran yang bisa mendekati arti hadist diatas. Soal ujian yang diberikan kepada murid kelas 1 tentu berbeda kualitasnya dengan murid kelas 2. Pada saat pembagian rapot, murid kelas 1 yang berhasil mengerjakan ujian dengan baik maka dia akan naik kelas 2, dan di kelas 2 nanti dia akan menghadapi soal ujian yang lebih berat dari kelas 1, bagi yang tidak mampu mengerjakan soal ujian dengan baik maka dia tinggal kelas, itu menunjukkan kualitas belajarnya patut dipersoalkan.

Jadi, apa yang menjadi masalah kita hari ini, mari coba kita renungkan bersama. Ambillah sebuah ballpoint dan tulis semua. Setelah kita tulis, kita baru mengetahui bahwa ujian kita sangat sedikit dan sangat rendah kualitasnya, lalu atas landasan apa kita tidak bisa bersabar dalam menghadapi ujian ini? Bukankah kita ingin naik kelas?

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Monday, July 25, 2005

[+] Rahasia Kebahagiaan

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain. Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan.Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kakiseseorang tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain. Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukankekurangan dalam pengetahuan Anda. Mengapa bebek disebut "bodoh"? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hat i: memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda.
Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda. Kita semua adalah ciptaan Tuhan yang satu.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama oranglain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakanmereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah jangan pernah merampas atau mengurangi hak orang lain. Lebih indah bila orang berdoa utk kebaikan kita daripada sumpah serapah orang yg teraniaya oleh kita . Perlu diingat, doa yg cepat dikabulkan adalah doa orang teraniaya.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap mereka penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikancintanya secara bebas, yang tidak meminta oranglain mencintai mereka terlebih dahulu.
Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri "Aku bebas dalam diriku".

Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia.

Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya; nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya berwarna ungu?

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pinturumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara yang tidak prinsipiil.

Renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya.
Rasakan apa yang dikatakannya
[terimakasih kepada saudaraku atas kiriman email ini, barakallahu laka]

Sunday, July 24, 2005

[*] Surat Kepada Adek-adek Tercinta : Sinergisitas antara amal dakwah, akademik, dan skill

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

kutuliskan surat ini dengan penuh mengharapkan keikhlasan kepada ALlah, dan saya senantiasa berharap agar ALlah selalu mempersatukan batin kita hanya dalam kenikmatan dalam jamaah ini. semoga ini menjadi salah satu bukti atau minimal menjadi bukti kecil perhatian para alumni terhadap dakwah antum disana, di kampus tercinta. jangan pernah sekali-kali berpikir bahwa alumni telah melupakan dakwah antum di kampus tercinta, tidak, tidak sama sekali... ingatlah, jika sekali waktu antum menemui kesulitan dalam mengemban amanah mulia ini maka jangan ragu-ragu untuk hubungi kami, insya ALlah kami akan senantiasa membantu sesuai dengan kapailitas kami masing-masing. walau kita tidak lagi dipersatukan secara fisik, tapi ingatlah ikhwah fillah, doa rabithah yang senantiasa kita baca bukan tidak membekas, bahkan sangat ! dan persaudaraan kita telah dipersatukan oleh ALlah, kita hanya ingin menjadi seperti yang telah disebutkan Allah dalam hadist, dua orang pemuda yang bertemu dan berpisah hanya karena Allah... semoga Allah memasukkan kita dalam golongan tersebut. Allahumma amien

akhi fillah,
dakwah, akademik, dan skill adalah tiga mata rantai yang harusnya tidak bisa terpisahkan dalam pribadi seorang da’I. ketika kita menyebut pribadi da’I maka harusnya yang terbayang di benak kita adalah bukan hanya pribadi yang menghabiskan waktunya hanya dalam masalah dakwah semata, tapi dia melupakan sisi akademik dan skill kemahasiswaannya.

seorang da’I harusnya tawazun dalam ketiga hal tersebut. tawazun adalah tidak sama dengan seimbang. jika diibaratkan angka seratus, tawazun bukan berarti 33 1/3 persen untuk dakwah, 33 1/3 persen untuk akademik, dan 33 1/3 persen untuk skill. tapi tawazun adalah proporsional. ada kalanya kita harus mencurahkan seluruh potensi kita hanya untuk akademik di suatu waktu, tapi di waktu lain kita harus mengerahkan seluruh potensi diri kita untuk dakwah dan begitu juga dengan pengembangan skill.

ketika kita sedang kuliah, maka kerahkanlah perhatian kita hanya untuk mendengar apa yang disampaikan dosen dalam kelas. akan salah kalau ketika menerima mata kuliah kita berpikir tentang hal lain. begitu juga ketika ada sebuah amanah dakwah yang harus kita selesaikan, maka selesaikanlah dengan baik, jangan sampai dicampur dengan permasalahan di luar permasalahan dakwah yang sedang kita hadapi

dari berbagai macam pengalaman, justru saat kita tidak bisa tawazun maka berbagai macam qadhoya mulai bermunculan… qadhoya tersebut akhirnya hanya akan menghambat perkembangan dakwah kampus dengan atau tanpa kita sadari. bukankah jika kehilangan seorang aktivis dakwah maka sedikit banyak akan menghambat pertumbuhan dakwah kampus?

bagaimana caranya untuk bisa tawazun? ini yang butuh sikap konsistensi kita terhadap apa yang telah kita rancang. diatas ana telah sebutkan, bahwa ketika antum sedang menghadapi sebuah permasalahan maka curahkan semua perhatian hanya pada masalah yang bersangkutan, jangan dicampur aduk dengan yang lain. dan ingat akhi, jika kita bisa mempelajari sebuah permasalahan hanya 2 jam, maka jangan habiskan waktu 3 jam untuk menyelesaikannya ! Jika kita mampu menyelesaikan permasalahan organisasi hanya dengan 1 hari maka sekali lagi jangan habiskan waktu 2 hari untuk menyelesaikannya !

sekarang berkembang sebuah permasalahan di kalangan aktivis, bahwa mereka mempunyai waktu yang sangat kurang dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. kalau menurut ana, hal itu tidaklah sepenuhnya benar. mari kita lihat ke belakang, seberapa efisienkan waktu yang telah kita pergunakan. tentu banyak sekali waktu yang kita buang percuma.

lalu diantara ketiga itu mana yang penting ? tidak ada sesuatu hal yang menempati tingkatan lebih penting jika dibandingkan dengan yang lain. akhi fillah, dakwah adalah sebuah kewajiban hidup, tidak hanya bagi kita yang telah menamakan diri kita sebagai aktivis dakwah, bahkan seluruh ummat Islam pun diwajibkan untuk berdakwah…. “barangsiapa yang bangun di pagi hari dan tidak memperhatikan keadaan ummatku, maka sungguh dia bukan golonganku” hadist itu menjadikan bukti konkret bahwa dakwah adalah keniscayaan bagi seluruh ummat Islam apalagi kita, aktivis dakwah kampus!

akademik dan skill, siapa yang bilang kalau itupun tidak wajib untuk kita pelajari. kita sedang kuliah di fakultas teknik, ada tuntutan lebih dari Islam terhadap kita. selain berdakwah, kita juga dituntut untuk mahir dalam bidang yang kita kuasai. sehingga nanti kita bisa menguasai dunia dengan ilmu yang kita miliki. Allahumma amien. ana membayangkan bagaimana kalau nanti kampus putih biru yang terletak jauh dari ujung bandung, melahirkan purnamahasiwa yang mengusai teknologi dengan sangat dan tidak pernah lupa mendirikan qiyamullail dan senantiasa berdakwah. Subhanallah ! bukankah itu azzam kita bersama.

ketika antum memasuki dunia kerja. ketiga hal itu pun sangat dipakai. jika antum mulai dari sekarang sudah berazzam untuk menjadi pegawai di sebuah perusahaan besar yang berskala nasional dan multinasional maka siapkan IPK minimal 3.00. saat itu antum akan merasakan bahwa IPK (akademik) sangat berperan. setelah antum menjadi pegawai, antum harus berinteraksi dengan rekan kerja yang lain, hal demikian harus antum lakukan untuk bisa dipromosi.. disnilah sangat dibutuhkan kemampuan managerial dari antum… mulai fase ini IPK sudah tidak begitu diperhatikan lagi karena yang diperhatikan adalah sejauh mana kecakapan antum dalam menyelesaikan pekerjaan dan kemampuan antum dalam berinteraksi dengan rekan kerja.

banyak orang terlena dengan kerjaannya… seluruh hidupnya seolah-olah hanya dihabiskan untuk mencari duit semata. bayangkan bangun jam 6 pulang sehabis isya tidakkah ini melelahkan. banyak diantara mereka yang kehilangan jatidiri mereka karena dunia telah menghiasi hidup mereka… saat inilah akhi fillah, tarbiyah sangat berperan. ruhiyah antum sangat berperan. tarbiyah yang baik akan mampu menjaga antum dari kejadian diatas. antum tetap akan menjadi seorang jundi yang sebenarnya mempunyai sebuah misi khusus dimanapun antum berada. sehingga antum akan sangat mudah menjadikan semua wasilah kerja untuk meningkatkan pertumbuhan dakwah.

begitulah kira-kira akh… gambaran sinergisitas antara dakwah, akademik, dan skill semoga paparan singkat ini menjadi persiapan khusus buat antum yang sedang mengeluti permasalahan akademik dan dunia dakwah kampus…

tetap istiqamah akh teruskan perjuangan yang telah diwarisi oleh generasi sebelumnya.. yakinilah setiap fase itu mempunyai permasalahan masing-masing yang hanya dapat diselesaikan dengan cara masing-masing. jangan memperbesar masalah yang kecil, jangan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk syuro, segeralah dalam melakukan amal, insya Allah dengan cara itu dakwah kampus akan berkembang dan semoga Allah mencatat amal dakwah antum sehingga antum dengan bangga dapat menunjukkannya di hadapan Allah ketika yaumul akhir kelak.. Allauhumma amien.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Friday, July 22, 2005

[*] True Love Story : Rasulullah dan Shahabat

Suatu ketika, sekelompok wakil dari suku-suku yang tinggal di daerah sekitar madinah melakukan tipu muslihat untuk mengurangi kekuatan Islam dan membalas dendam. mereka menghadap Nabi meminta untuk mengirimkan beberapa sahabat untuk menyiarkan Islam pada suku-suku tersebut.

Nabi menyetujui permintaan mereka dan memilih beberapa sahabat untuk menjadi da’I sesuai permintaan mereka, rombongan tersebut meninggalkan madinah, ketika sampai di suatu tempat bernama raji’, para wakil suku tadi mewujudkan niat jahat mereka. Dengan bantuan suku Huzail, mereka memutuskan untuk menahan dan membunuh para utusan itu.

Shafwan bin Umayyah, seorang kafir yang ayahnya tewas dalam perang Badar, membeli Zaid bin Dasinah untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Diputuskan bahwa Zaid harus digantung dihadapan banyak orang. Tiang gantungan didirikan di Tan’im, kaum Quraisy dan kawan-kawan mereka berkumpul disitu pada hari khusus tersebut, si pesakitan didirikan di tiang gantungan.

Hidup Zaid tinggal beberapa menit lagi ketika Abu Sufyan, tokoh yang bekerja dari balik layar dalam segala urusan menoleh kepada Zaid seraya berkata “Saya bersumpah atas nama Tuhan yang kau percayai, kiranya engkau suka bila Muhammad yang terbunuh sebagai gantimu, sedang engkau bebas dan boleh pulang.” Zaid menjawab dengan gagah, “Saya bahkan tidak menghendaki sebatang duripun menusuk kaki Nabi, walaupun untuk itu saya akan bebas.”

Jawaban Zaid memberi efek besar kepada Abu Sufyan. Ia kagum akan ketulusan para sahabat Nabi. “Sepanjang hidup saya” katanya, “belum pernah saya melihat sahabat seseorang yang demikian berbakti dan siap berkorban seperti para sahabat Muhammad.” Segera setelah itu Zaid digantung, dia mengorbankan nyawanya demi Islam.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad, mari kita barsalawat pada kekasih pilihan.

Bagaimana sahabat tidak mencintai Rasul sementara cinta Rasul begitu besar pada ummatnya. Seolah terngiang-ngiang di telinga kata-kata terakhir yang diucapkan Rasul “ummatiy.. ummatiy…”
Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. Berkata: Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu yang tidak biasa datang dalam keadaaan berubah mukanya, maka ditanya oleh Nabi SAW “mengapa aku melihat kau berubah muka?”

Jibril menjawab: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu disaat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahwa neraka jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu besar untuk bersuka ria sebelum ia merasa aman daripadanya…… neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari laki-laki maupun perempuan.”
Nabi SAW bertanya : “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?” Jibril menjawab :”Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanannya 70.000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 lipat.”

Rasulullah SAW bertanya: ”siapakah penduduk masing-masing pintu?” Jibril menjawab: ”pintu yang terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yang kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat Nabi Isa as serta keluarga Fir’aun, sedang namanya Al-Hawiyah. Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim, Pintu ketiga tempat para Shobi’in bernama Saqar. Pintu keempat tempat iblis dan pengikutnya dari kaum Majusi bernama ladha. Pintu kelima orang Yahudi bernama Huthomah. Pintu keenam tempat orang nashara bernama sa’iir.”

Kemudian Jibril diam karena segan pada Rasullahh SAW. Sehingga ditanya :”mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ketujuh?”
Jibril menjawab: “Di dalamnya orang-orang yang berdosa besar dari ummatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat.”

Maka Nabi jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala Nabi SAW di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar Nabi SAW bersabda : “Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummatku yang akan masuk ke dalam neraka?” Jibril menjawab: “Ya, yaitu orang yang berdosa besar dari ummatmu.”Kemudian Nabi SAW menangis, lalu masuk kedalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk shalat kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang lain dan bila shalat selalu menangis.

Allahumma shally ‘ala Muhammad, “Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya beshalawat atas Nabi, hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu atas Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab:56)

Alasan yang bagaimanakah sehingga para sahabat tidak mencintai Rasul?

Khubaib adalah orang kedua setelah Zaid bin Dasinah yang di tawan para suku-suku pembelot pemerintahan Islam, dia ditahan untuk sementara, dewan Mekah kemudian memutuskan bahwa ia juga harus digantung di Tan’im. Ketika khubaib telah berdiri di sisi tiang gantungan, Khubaib meminta izin kepada para pejabat berwenang untuk mendirikan shalat. Setelah diizinkan, ia mendirikan shalat dua rakaat secara singkat dan sempurna. Kemudian ia berpaling kepada para pemimpin quraisy seraya berkata: “kalau bukan karena khawatir kamu akan mengira saya takut mati, saya akan shalat lebih banyak dan akan memperpanjang ruku’ dan sujud dalam shalat saya.” Kemudian ia menengadah ke langit seraya berkata, ya Allah ! kami melakukan kewajiban yang diamanatkan Nabi kepada kami.” Perintah diberikan, dan kubaib pun digantung. Sesaat sebelum mati ia berkata, “Ya Tuhan! Sampaikanlah kiranya salam saya kepadanya.”

Maha suci Allah atas setiap detik waktu yang kita lewati, adakah jawaban yang lebih tepat mengapa Khubaib melakukannya kecuali cinta? Atas nama cinta para sahabat menjual diri dan harta mereka kepada Allah SWT.

Terakhir…ada ungkapan cinta yang sangat saya suka dari seorang kawan (semoga beliau tidak keberatan saya menuliskannya disini untuk mengakhiri tulisan yang mungkin kecil dan tidak berharga ini)

Aku takut cintaku hanya sementara,
maka aku mencintai keabadian.
Aku takut mencintai yang fana,
karena aku tak ingin kehilangan
Terkadang aku takut dicintai,
karena aku khawatir tak bisa memberi
Aku takut mencintai,
maka aku belajar memahami
Aku mencintai ketakutanku,
sebab ia memberikan rasa aman
Aku merasa tak aman saat mencintai apa yang tak kupahami
Aku Tanya pada cintaku pada siapa ia mau berteman,
Ia katakan padaku ia mencintai SANG ABADI
(untuk mereka yang mendamba cinta-NYA).

Wednesday, July 20, 2005

[^] Tidak Lebih dari Sekedar Tempat Bermain

"Dunia ini, panggung sandirawa...."
begitulah kira-kira kutipan dari sebuah lagu jaman dulu yang sempat menjadi lagu kegemaran anak muda saat itu. terkadang kalau saya berpikir, petikan lagu itu tidak ada salahnya malah sangat tepat. karena Allah sendiri telah memperingatkan kepada kita "Sesungguhnya dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau."

Ibarat sebuah permainan, tentu lengkap dengan lakonnya. pada kesempatan kali ini saya mencoba memberikan perumpamaan secara sangat sederhana dari kata permainan yang saya pahami.

Ketika kita menonton film, terkadang kita merasa begitu nyaman dan senang sekali melihat seorang aktor yang kita senangi memerankan peran protagonis, sosok yang kaya, baik hati, ramah, dan terkadang tampilan fisiknya diatas rata-rata menurut penilaian manusia.
Begitu pula sebaliknya, kita terkadang jengkel dan marah saat melihat aktor yang berperan antagonis, terlebih aktor itulah yang menjadi musuh bebuyutan aktor kesenangan kita. rasa kesal yang mendalam melupakan kita bahwa itu hanyalah sebuah film belaka, it's just a film ! tidak lebih. tapi kita dikendalikan oleh skenario sutradara yang luar biasa piawainya dalam merancang sebuah film sehingga terlihat sungguh teramat dramatis dan begitu nyata !

Di sisi lain, ketika adanya penganugerahan bintang film. Ketika memberikan nilai kepada para pemain film, sang juri tentu tidaklah begitu memperhatikan bahwa seorang pemain tersebut berperan antagonis atau protagonis, tapi sisi yang dinilai adalah sejauh mana dia profesional dengan perannya. kalaulah dia berperan sebagai antagonis, sebagus apa perannya… sehingga membuat objek akan terbawa dalam sisi pandang seolah-olah nyata. sehingga jelas, bukan jenis peran apa yang membuat seorang aktor mendapatkan award, tapi sejauh mana kepiawaiannya dalam memerankan perannya masing-masing.

Ketika dulunya saya masih kecil, saya sering menonton film siti nurbaya, sebuah film religius yang dikemas dalam bentuk sederhana tetapi komplit dalam segi realita kehidupan, persaingan, dan permusuhan.
saat itu saya mendengar kalau datuk maringgih dicerca orang padang pada saat mengunjungi propinsi itu. hal ini karena, sebagian besar masyarakat padang terpengaruh dengan peran antagonis yang diperan oleh datuk maringgih dalam film siti nurbaya tersebut.

Heran, padahal itu adalah sebuah film… tapi lihatlah betapa hebatnya peran seorang datuk maringgih sehingga mengubah persepsi masyarakat bahwa itu bukanlah sebuah film semata ! sehingga tidak salah kalau kita mengatakan bahwa datuk maringgih adalah 'man of the match' nya film siti nurbaya

Begitu juga dengan kehidupan,
Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam perbedaan. ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang seolah-olah dari kehidupan dunianya sangat lapang rejekinya ada yang tidak, ada yang lancar pada semua permasalahan dunianya ada yang tersendat-sendat sesekali, ada yang terseok berulang kali bahkan ada yang mengklaim bahwa selama di dunia dia tidak pernah bahagia. great, luar biasa! Terhadap hal ini saya melihat bahwa permasalahan diatas tak lebih dari sekedar film siti nurbaya…

Semuanya ibarat sebuah film panjang, kita aktornya dan Allah sutradaranya dan Allah juga sebagai penilainya !
Allah selaku penilai, tentu tidak akan melihat hamba ini kaya atau tidak, hamba ini bodoh atau tidak, hamba ini menjadi karyawan di perusahaan besar atau tidak, tidak sama sekali ! Allah akan melihat sejauh mana hamba-Nya ini memainkan peran dengan benar sesuai dengan skenario yang benar yang Allah sudah firmankan dalam Al-quran. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu." Dialah pemenang award nanti di yaumil akhir

Ketika hamba-Nya memainkan peran selaku orang kaya, dalam skenario Allah menyuruh agar dia menafkankan hartanya di jalan Islam, menyantuni anak yatim, dan tidak pelit.
ketika seorang hamba memerankan sebagai fakir miskin, Allah menyuruh dia agar bersabar, tidak menggadaikan keimanan dengan harta dan memperbanyak doa.
Begitu juga dengan sebagian manusia yang sedang terjebak dalam sebuah masalah (yang menurutnya sangat pelik), dalam skenario Allah, hamba ini disuruh untuk bersabar dan terus beihktiar… tentu bukanlah hasil akhir yang akan dinilai oleh Allah karena memang hal itu adalah hak priorigatifnya Allah tapi seberapa besar usaha sang hamba dalam menjalankan skenario Allah.
Subhanallah….
Saudaraku, apa sih yang menjadi permasalahan kita sekarang ini.. seberapa besar apakah itu? cobalah berhenti sejenak merenungi kembali apakah permasalahan sekarang ini benar-benar pelik atau persepsi kita sendiri terhadap sebuah permasalahan itu yang membuat akhirnya sebuah perusahaan simple menjadi begitu complicated. bukankah itu hanya skenario dari Allah.. dan Allah telah memerintahkan kita untuk bersabar dalam menghadapi semua permasalahan hidup. Dan Allah juga yang telah berjanji bahwa tidak ada satu beban pun yang ditimpakan kepada makhluk-Nya melebihi dari kadar kemampuan sang makhluk. Artinya, semua dari kita pasti bisa menuntaskan semua permasalahan kita... tinggal kita mau bersabar atau tidak.

Mari kita mainkan peran kita sesuai dengan skenario Allah….

Monday, July 18, 2005

[+] Renungan 90 % vs 10 %

Dear all friends,

Baca yang khidmat dan resapi renungan ini. Rahasia 90/10 memang luar biasa!

Apa Rahasia 90/10? 10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita. 90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi/memberi respon.

Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian-kejadian yang menimpa kita. Kita tidak dapat mencegah kerusakan mobil. Pesawat mungkin terlambat, dan mengacaukan seluruh jadwal kita. Seorang supir mungkin menyalip kita di tengah kemacetan lalu-lintas. Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini.

Yang 90% lagi berbeda. Kita menentukan yang 90%!Bagaimana? Dengan reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol lampu merah, tapi dapat mengontrol reaksi kita. Jangan biarkan orang lain mempermainkan kita, kita dapat mengendalikan reaksi! kita!

Mari lihat sebuah contoh

Kamu sedang sarapan bersama keluarga. Adik perempuanmu menumpahkan secangkir kopi ke kemeja kerja mu. Kamu tidak dapat mengendalikan apa yang telah terjadi itu.
Apa yang terjadi kemudian akan ditentukan oleh bagaimana kamu bereaksi.

Kamu mengumpat, lalu dengan kasar memarahi adik mu yang menumpahkan kopi. Dia menangis. Setelah itu, kamu melihat ke istrimu, dan Mengkritiknya karena telah menaruh cangkir kopi terlalu dekat dengan tepi meja. Pertempuran kata-kata singkat menyusul. Kamu naik pitam dan kemudian pergi mengganti kemeja. Setelah itu kamu kembali dan melihat adik perempuan mu sedang Menghabiskan sarapan sambil menangis dan siap berangkat ke sekolah. Dia ketinggalan bis sekolah. Istrimu harus segera berangkat kerja. Kamu segera menuju mobil Dan mengantar adik mu ke sekolah.Karena kamu terlambat, kamu meng! endarai mobil melewati batas Kecepatan maksimum.

Setelah tertunda 15 menit karena harus membayar tilang, kamu tiba di sekolah. Adikmu berlari masuk. Kamu melanjutkan perjalanan, dan tiba di kantor terlambat 20 menit, dan kamu baru sadar, bahwa tas kerjamu tertinggal. Hari-mu begitu buruk.Kamu ingin segera pulang. Ketika kamu pulang, kamu menemukan ada hambatan dalam hubungan dengan istri dan adikmu.

Kenapa? Karena reaksimu pagi tadi.

Kenapa hari mu buruk?
a) Karena secangkir kopi yang tumpah?
b) Kecerobohan adikmu?
c) Polisi yang menilang?
d) Karena dirimu sendiri?
Jawaban-nya adalah D.

Kamu tidak dapat mengendalikan tumpahnya kopi itu. Bagaimana reaksi-mu 5 detik kemudian itu, yang menyebabkan hari mu menjadi buruk.

Ini yang mungkin terjadi jika kamu bereaksi dengan cara yang berbeda.

Kopi tumpah di kemejamu. Adikmu su! dah siap menangis. Kamu dengan Lembut berkata : "Tidak apa-apa sayang, lain kali kamu lebih hati-hati ya". Kamu pergi mengganti kemejamu dan dan tidak lupa mengambil tas kerjamu. Kamu kembali dan melihat adikmu sedang naik ke dalam bus sekolah. Istrimu menciummu sebelum kamu berangkat kerja. Kamu tiba di kantor 5 menit lebih awal, dan dengan riang Menyalami para karyawan. Atasanmu berkomentar tentang bagimana baiknya hari ini buat mu.

Lihat perbedaannya. Dua skenario yang berbeda. Keduanya dimulai dari hal yang sama, tapi berakhir dengan berbeda.

Kenapa? Karena REAKSI kita. Sungguh kita tidak dapat mengontrol 10% hal-hal yang terjadi.Tapi yang 90% lagi ditentukan oleh reaksi kita.

Sampai jumpa !!! Have a Nice DAY !!!

Friday, July 15, 2005

[*] Tentang Partai Dakwah Yang Kita Kenal Itu...

Apa yang istimewa dari partai (baca : PKS ) ini?
Itu pertanyaan yang bertubi-tubi dipertanyakan oleh para politikus sesaat setelah mengetahui hasil pemilihan umum legislatif satu tahun yang lalu. Bagaimana tidak, partai kecil ini seolah-olah mampu mengubah perpolitikan di indonesia. masih teringat jelas di benak para pimpinan partai ketika didatangi oleh ahli statistik menjelang pemilu legislatif, mereka mengestimasikan PKS tidak akan mampu memperoleh suara melebihi dari 3%. Anis matta sendiripun tidak menargetkan perolehan yang muluk-muluk, dia mengestimasi suara yang akan diperoleh oleh partai dakwah ini hanya berkisar 3 sampai dengan 8 persen. JIka boleh jujur, sebenarnya angka 3% pun sudah terlalu sulit untuk diwujudkan.

Tapi ya begitulah, kalkulasi manusia terkadang sangat berbeda dengan Allah. Hasil akhir pemilu legislatif mencengangkan semua pihak bahkan para pimpinan partai dakwah sekalipun. Subhanallah, maha suci Allah, teringat kembali bagaimana keletihan yang telah dipersembahkan ketika melakukan direct selling, ketika menyisihkan sebagian -- bahkan seluruh -- pendapatan mereka untuk dana kampanye, isak tangis di tengah teriknya sinar matahari ketika mendengar orasi dari para asatiz (ustad-ustad), berjaga di tengah malam ketika menjelang pemilu, sampai menjadi saksi sampai tengah malam. segala keletihan itu telah sirna seketika, berganti dengan teriakan tasbih, tahmid, dan istighfar tepat seperti yang digambarkan Allah dalam surat al-fath. peristiwa itu mengingatkan saya peristiwa fath makkah.

Hiperbolik, ya memang ! sangat kecil kiranya jika membandingkan perolehan yang -- hanya -- baru 8% itu dengan peristiwa fath makkah dan karena itu pulalah kesenangan itu segera berakhir, para prajurit partai dakwah segera disadarkan bahwa perjuangan ini belum apa-apa, masih sangat jauh dari tujuan akhir yang ingin dicapai. "Faidza faraghta fansab" dan apabila kamu telah selesai mengerjakan sebuah pekerjaan maka segeralah mengerjakan pekerjaan yang lain. hanya berselang beberapa hari setelah pemilu, para prajurit partai dakwah kembali disibukkan dengan agendanya masing-masing seperti perluasan dakwah di tingkat sekolah, perbaikan dan pembinaan dakwah di kampus-kampus, pengadaan ta'lim-talim keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Capek? pasti, dan bukankah itu lumrah? tapi bukankah janji Allah lebih pasti?
kembali ke pertanyaan awal.

Apa yang istimewa dari partai ini? tidak ada sepertinya yang terlalu istimewa...

Partai inilah sebagai satu-satunya partai yang berani memakai azas Islam. Islam yang ditampakkan sangat elegan jauh dari stigma kontraproduktif yang berkembang saat ini, bahwa Islam mengajarkan kekerasan, bahwa Islam mengajarkan terorisme... Dia hadir sebagai 'pemurni' bagi persepsi dunia internasional terhadap Islam

Entah apa asal-usulnya, partai ini juga yang mengadakan demo besar-besaran tentang pembebasan bangsa falestiin. bagaimana tidak aneh, sebuah partai lokal mengadakan demo untuk bangsa yang sangat jauh di belahan bumi ujung sana. kalau partai ini bertujuan untuk menguasai kekuasaan dalam negeri unsich, bagaimana mungkin mengadakan demo untuk pembebasan bangsa falestiin ! Inilah kita kenal dengan universalisasi perjuangan Islam.

Partai inilah yang dengan tegas menolak pemberlakukan piagam jakarta di tengah gencarnya partai berbasis Islam lain untuk kembali ke piagam jakarta. semua kalangan Islam terpana lebih tepatnya mencomooh. tapi apa jawaban dari para pimpinan partai dakwah ini. mereka memberikan argumen yang menunjukkan sebuah visi perjuangan jangka panjang, kita tidak menginginkan piagam jakarta berlaku di tanah air, yang kita inginkan adalah piagam madinah, karena piagam madinah lebih solutif dan akan melindungi penganut agama lain dalam menjalankan ajaran agamanya. jawaban yang cerdas !

Dan yang paling menghebohkan, ditengah arus usulan kenaikan gaji oleh BRUT DPR RI beberapa hari terakhir, justru partai ini yang dengan tegas menolak usulan tersebut. sudah kayakah mereka? ah saya pikir tidak, bahkan sebaliknya. jika anda menemukan seusai jam dewan, ada anggota dewan yang sedang menunggu bus kota, maka dialah salah satu anggota dewan dari fraksi partai dakwah ini. sosok yang teramat unik di tengah gemerapnya kehidupan anggota dewan yang lain.

Yang terakhir, dialah partai yang sangat solid dewasa ini. tidak percaya? pernahkan anda mendengar tentang pertarungan perebutan puncuk pimpinan sebagaimana yang telah terjadi pada partai lain? atau yang lebih simple, cobalah perhatikan seluk beluk perilaku para kader partai dakwah ini... anda akan menemukan mereka banyak kesamaannya, mulai dari penampilan fisik mereka, sampai kepada jenis al-quran yang mereka gunakan.

Tapi satu hal, partai ini tentu tidak mungkin lepas dari kesalahan karena mereka semua hanya manusia bukan malaikat. tapi mereka bukan pula sekumpulan syaithan yang senantiasa berbuat salah...

Sebelum menutup tulisan ini, kepada para prajurit atau simpatisan partai dakwah dimanapun kalian berada, izinkanlah saya mengutip sebuah lirik dari seorang munsyid sekaligus ustadz kita...

----------------------------------------------------------------------------
"faidza faraghta fansab waila rabbika farghab"

Alhamdulilah ! Perjuangan kita untuk mengembalikan izzah
sejak runtuhnya supremasi kedaulatan ummat di Turki
delapan dasawarsa yang lalu hingga kini terus bergelora

Di rentan waktu itu,
kita pun menyaksikan dan merasakan
betapa kerasnya berbagai rintangan yang menghadang
kegagalan ataupun keberhasilan pada satu fase dakwah,
seringkali melumpuhkan semangat kita untuk terus berjuang.

Kegagalan atau keberhasilan bukanlah isyarat
untuk berhenti berjuang.
Dan seharusnya kita terus berjuang

Perjuangan untuk tegaknya keadilan
harus terus melaju melanglang buana
menembus batas batas geografis

Bangsa palestina mengajari kita,
bagaimana seharusnya kita berjuang.
Pengusiran, penangkapan, sampai pembantaian
tak pernah mampu menahan
laju perjuangan mereka untuk terus mengusir
yahudi sang penjajajah

kita tidak boleh berhenti berjuang,
Karena seharusnya kita TAK KENAL HENTI
-----------------------------------------------------------------------------

JIKA DEMIKIAN, APAKAH ADA YANG DAPAT MENGHENTIKAN LANGKAH KITA UNTUK TERUS BERJUANG !! TIDAK ! TIDAK AKAN PERNAH ADA !!!

pasca kemenangan pilkada yang diraih PKS sebanyak 33 kabupaten/kota dari 161 kabupaten/kota di seluruh Indonesia (urutan ke-3 setelah Golkar dan PDIP)

Wednesday, July 13, 2005

[+] Bersyukur Dengan Apa Yang Ada

AKU TAK SELALU MENDAPATKAN APA YANG KUSUKAI, OLEH KARENA ITU AKU SELALU MENYUKAI APAPUN YANG AKU DAPATKAN

Kutipan cerita dibawah ini,insya Allah memberikan makna, bahwa kita mestinya harus bersyukur pada "apayang telah kita dapatkan".

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakitjiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambilmenggumam, "Lulu, Lulu." Seorang pengunjung yangkeheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelahcintanya ditolak oleh Lulu."Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sellain ia terkejut melihat penghuninya terus menerusmemukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu,Lulu". "Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?tanyanya keheranan.Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnyamenikah dengan Lulu."

=====================

Kata-kata diatas merupakan wujud syukur.
SYUKUR MERUPAKAN KUALITAS HATI YANG TERPENTING. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai,tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Ada 2 hal yang sering membuat kita tak bersyukur.
1. KITA SERING MEMFOKUSKAN DIRI PADA APA YANG KITAINGINKAN, BUKAN PADA APA YANG KITA MILIKI.
Katakanlahanda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaantetap, dan pasangan yang terbaik.Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhiberbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang "kaya".


ORANG YANG "KAYA" BUKANLAH ORANG YANGMEMILIKI BANYAK HAL, TETAPI ORANG YANG DAPAT MENIKMATIAPAPUN YANG MEREKA MILIKI.
Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan,tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan inidengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkanyang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.
Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda.Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.


Seorang pengarang pernah mengatakan, "MENIKAHLAHDENGAN ORANG YANG ANDA CINTAI, SETELAH ITU CINTAILAH ORANG YANG ANDA NIKAHI." Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

2. KECENDERUNGAN MEMBANDING-BANDINGKAN DIRI KITADENGAN ORANG LAIN.
Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai,lebihtampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.
Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satuangkatan yang memperoleh penghasilan di atas saya.Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannyamelebihi saya.

Saya menjadi gemar bergonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak akan pernah ada habisnya. Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya.

RUMPUT TETANGGA MEMANG SERING KELIHATAN LEBIH HIJAUDARI RUMPUT DI PEKARANGAN SENDIRI.
HIDUP AKAN LEBIH BAHAGIA KALAU KITA DAPAT MENIKMATIAPA YANG KITA MILIKI. KARENA ITU BERSYUKUR MERUPAKANKUALITAS HATI YANG TERTINGGI.

===========

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia.Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karenadapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupunmati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena sayaakan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."

[syukron kepada **s** atas email ini]

Tuesday, July 12, 2005

[^] Sepuluh Sebab Doa Kita Tertahan

saudaraku, tulisan dibawah agak panjang. Tapi saya menyarankan agar kita menyediakan waktu barang 10 menit untuk membaca seluruhnya...

Allah berfirman dalam Al-quran, " ud-'uuny astajib lakum", Berdoalah padaku niscaya aku akan mengabulkan doamu. pertanyaan kita selanjutnya adalah, mengapa sering sekali kita berdoa, tapi apa yang kita doakan itu belum kunjung dikabulkan oleh Allah? ada beberapa hal yang menghalangi doa kita tersebut teristijabah (dikabulkan) oleh Allah. Hal tersebut adalah :

Kita mengaku mengenali Allah tetapi kita tidak memenuhi hakNya (Mengikuti segala suruhan dan meninggalkan larangannya)
bagaimana mungkin kita menuntut hak kita kepada Allah padahal kita sendiri belum melaksanakan hak Allah yang sekaligus merupakan kewajiban bagi kita. kita sebagai hamba terkadang sangat egois, mengharapkan segala yang menjadi harapan kita segera dikabulkan oleh Allah, dan terkadang terkesan sangat memaksa kepada Allah agar Allah segera mengabulkan doa kita padahal kita jarang shalat, kalaupun kita sering shalat mari kita perhatikan kualitas shalat kita, waktu shalat kita yang terkadang injury time, dan terkadang hanya butuh waktu sekitar 2 sampai 3 menit untuk menyelesaikan shalat kita. kita harusnya ingat, bahwa ALlah maha melihat atas apa yang ada dalam hati kita dan Allah juga maha melihat sejauh apa keikhlasan kita dalam beramal kepada Allah. Lalu, jika yang kita persembahkan kepada Allah adalah sisa-sisa waktu kita setelah dikurangi dengan kesibukan dunia, maka apakah salah bagi Allah jika Allah membalas dengan serupa ? Dan terkadang kita pun sangat susah dalam melaksanakan perintah Allah yang lain, lihatlah seberapa banyak sedeqah yang sudah kita keluarkan, seberapa banyak puasa yang telah kita laksanakan dengan benar, seberapa banyak anak yatim yang telah kita santuni, astaghfirullah, rupanya begitu banyak hak Allah yang belum kita laksanakan. Allahummaghfirlana...

Kita mengaku mencintai Rasulullah tapi kita tidak pernah mengikuti sunahnya
Pengakuan cinta kepada Rasul tidak cukup sebatas lisan tapi harus ada realisasi amal. kalau kita benar-benar mencintai Rasulullah harusnya kita juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasul, dan segala apa yang disenangi oleh Rasul maka itu menjadi kesenangan kita juga, begitu juga dengan segala ketidaksenangan Rasul maka itu harus juga menjadi ketidaksenangan kita. sekarang mari sama-sama kita menelaah kembali terhadap sunnah-sunnah Rasul, sejauh mana kita telah melaksanakannya. Rasul senantiasa memerintahkan kita agar kita saling bersilaturahiim, berlaku baik terhadap orang yang berbuat jahat kepada kita, menyantuni anak yatim, dsb sangat banyak sekali amalan yang dianjurkan oleh Rasul. dan yang paling utama adalah kalaulah kita mencintainya, seberapa banyak kita bershalawat kepadanya dalam setiap hari? Padahal, bukankah shalawat kita itu akan menyelamatkan jiwa kita di yaumil akhir kelak, karena Rasul akan menolong ummatnya yang senantiasa mengingatnya.

Kita membaca al-Quran tapi kita tidak mengamalkan isi kandungannya
Astaghfurullah, ah bagaimana kita mau mengamalkannya kalau membacanya saja sangat jarang, kita lebih senang membaca buku cerita daripada Al-quran, kita lebih senang menonton daripada membaca Al-quran, kalaupun membaca kita tidak mengetahui kandungan didalamnya karena kita tidak membeli Al-quran yang ada terjemahannya. Inilah yang harus menjadi tamparan keras pada kita semua, seberapa banyak dalam hari kita, kita luangkan waktu untuk membaca dan memahami Al-quran untuk kemudian melaksanakannya

Kita mengaku bahwa syaitan adalah musuh kita tapi kita patuh padanya
Dengan melaksanakan segala yang dilarang oleh Allah bukankah kita telah melaksanakan perintah syaithan ! Kita paham bahwa syaithan pulalah sebagai tokoh utama yang akan menjerumuskan kita ke neraka, tapi kita sangat enjoy dalam melaksanakan kemaksiatan. semoga kita diberi kekuatan oleh ALlah untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allahumma amien

Kita berdoa memohon dijauhkan api neraka tapi kita mendekatinya dengan selalu membuat maksiat
Ya Allah ampunilah hamba-Mu ini... terkadang kami melaksanakan maksiat kepada-Mu tapi kami tidak mau mengakui bahwa ini adalah laranganmu, nasehat teman kami senantiasa kami lawan...

Kita berdoa semoga dimasukkan dalam syurga tapi kita tidak berusaha untuk masuk ke dalamnya
Ya Allah, kini kami benar-benar mengakui segala kelemahan kami...

Kita mengetahui bahwa kematian itu pasti tetapi kita tidak bersiap sedia untuknya
Ya Rabbii jangan engkau cabut nyawa kami sebelum kami bertaubat, sebelum kami melaksanakan semua perintah-Mu, Ya ALlah kami mengetahui bahwa azab-Mu adalah benar, dan janji-Mu adalah benar, jauhkan kami dari azab-Mu ya Allah

Kita selalu membuka keaiban saudara kita tapi kita tidak melihat keaiban diri kita sendiri
Entah sudah berapa banyak aib saudara kita yang kita buka di hadapan orang lain, dan terkadang kita sangat sengaja melakukannya, agar dia malu dan kita sangat senang melihat harga dirinya jatuh. Naudzubillah. Padahal janji Allah, Allah akan membuka aib seorang hamba di hari kiamat yang senantiasa membuka aib saudaranya. Tidak cukupkah dengan aib diri kita yang demikian banyak, harusnya kita lebih sibuk untuk memperbaiki aib kita sendiri

Kita memakan segala rezeki dan nikmat Allah tapi kita tidak mahu mensyukurinya
Kita sangat sering mengeluh kepada Allah tentang pekerjaan kita, gaji kita, mengapa nasib kita lebih jelek dari seseorang... Ya Rabb, ampuni kami. Harusnya kita mensyukurinya karena memang masih banyak orang lain yang berada dalam strata yang lebih rendah dari kita. Lihatlah ke sekitar kita maka kita akan menjumpai banyak orang tua yang tidak makan, anak-anak yang kelaparan, dsb

Kita mengebumikan orang yg meninggal dunia tapi kita tidak mengambil pelajaran darinya
Ya Allah berikanlah kami kekuatan untuk memahami setiap hikmah yang telah Engkau berikan dalam bentuk kejadian-kejadian tertentu

Astaghfirullah, sekarang layakkah kita pertanyakan kepada Allah mengapa doa kita tak kunjung diterima oleh Allah ? Rasanya malu sekali, mungkin tidak ada pilihan lain bagi kita selain berbenah diri sesegera mungkin sebelum maut mendahului. Mulai sekarang marilah kita sediakan waktu khusus kepada Allah untuk mengabdi kepada-Nya, bukan waktu sisa.

Monday, July 11, 2005

[*] Tetaplah Disini Saudaraku...!

Teruntuk seluruh saudaraku wabil khas buat ana sendiri..
saudaraku di bandung dan saudara baruku di jakarta, entahlah terkadang perjalanan yang jauh dan tidak pernah berakhir ini sering membuat kita lelah, capai, dan benar-benar letih. Hatta, keletihan itu sendiri terkadang tidak bisa digambarkan dengan visualisasi tertentu. Fase-fase inilah yang teramat sangat kita takutkan, kita khawatir suatu saat nanti kita tidak dapat lagi merasakan indahnya ber-Islam, indahnya berukhuwah, dan indahnya beribadah kepada Allah. Kita juga mengkhawatirkan terjadinya disorientasi dalam dakwah yang sedang kita rancang...
Apapun ceritanya, ana, antum, dan seluruh ikhwah di bumi belahan manapun dia berada... mari kita berazzam agar kita tetap dan akan selalu senantiasa berada dalam rumah besar TARBIYAH ini...Allahumma amien

Tetaplah disini saudara/i ku...........Dijalan keimanan ini........dijalan keislaman ini................Tetaplah bersama-sama meniti jalan ini.........sampai usai.............Kita semua mungkin sudah letih....Karena perjalanan ini amat panjang dan berliku......Tapi .... bersiaplah disini.......Jangan sekali-kali kita menjauh......Yakinlah kenikmatan pengorbanan yang kita teguk di jalan ini....Jauh lebih banyak ... ketimbang yang dilakukan orang-orang lalai itu ......Keindahan disini.... jauh lebih indah dari pada keindahan yang dibanggakan oleh orang-orang lalai itu

Saudara/i ku ...................Kita memperoleh puncak obsesi dan keinginan disaat kita mendapatkan ujian....Keinginan kita adalah apa yang dapat kita berikan untuk ISLAM dan kaum muslimin......Kegembiraan kita adalah bagaimana melihat hasil perjuangan da’wah kepada ummat.....Obsesi kita adalah bagaimana bisa berbuat lebih banyak untuk ummat.....

Terangilah hati dan jiwa kita untuk tetap bersama... Saudara/i ku....Karena dengan itu eksistensi ukhuwah akan lebih terasa dan lebih indah......Hapuslah dzhon-dzhon yang ada dalam diri kita semua..............Jangan cepat menyerah, putus asa, frustasi, apalagi cepat marah ......Karena itu semua tak pernah membawa kita untuk mencapai kedudukan yg lebih tinggi....Bukankah semua posisi yang lebih mulia selalu dicapai lewat pengorbanan yang luar biasa ????........

Tetaplah disini saudara/i ku...........Tetaplah di jalan ini .... jalan keislaman ......... jalan keimanan..........Tetaplah di jalan ini..........Walau hati ini perih........walau jasad ini sakit....Tetaplah di jalan ini ..............Walau remuk tulang-tulang kita........ walau runtuh sendi-sendi kita.........walau habis cucuran keringat darah dan air mata kita.............Tetaplah di jalan da’wah ini............Walau berkorban perasaan .............. walau pahit menerima kenyataan.........
Saudara/i ku..................Jalan yang kita tempuhi memang berat.........penuh dengan tantangan, hambatan, ancaman ,godaan......Banyak yang kita temui di jalan ini........Yang meninggikan asa dan harap kita..............Namun terkadang menghempaskan batin dan jiwa kita.............Akan banyak yang kita temukan........idealisme dan realitas bertempur, berperang, jauh masuk ke relung hati kita..............Hingga akhirnya jiwa kita harus mengalah...apabila realitas jauh dari angan........

Tetaplah disini Saudara/i ku................Kita akan memulai perjalanan yang lebih mendaki dan terjal...............Tapi disanalah kita berharap bisa merasakan kenikmatan yang kita idam-idamkan.............Maka ucapkanlah “Alhamdulillah” atas semua keadaan yang kita alami.........Meski kebersamaan ini sungguh menguras keringat dan meletihkan sendi-sendi.....

Monday, July 04, 2005

[*] Seorang Ikhwan yang Sejati

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya:
Ibu,ceritakan padaku tentang ikhwan sejati...
Sang Ibu tersenyum dan menjawab...

Ikhwan Sejatibukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapidari kasih sayangnya pada orang disekitarnya....

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yanglantang, tetapi dari kelembutannya mengatakankebenaran.....

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabatdi sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnyapada generasi muda bangsa ...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana diadi hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana diadihormati didalam rumah...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnyapukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahamipersoalan...Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yangbidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknyaakhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadapakhwat yang dicintainya...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbelyang dibebankan, tetapi dari tabahnya diamengahdapi lika-liku kehidupan...

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnyamembaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya diamenjalankan apa yang ia baca.......

setelah itu, ia kembali bertanya..." Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu,Ibu ?"Sang Ibu memberinya buku dan berkata.... "Pelajaritenteng dia..." ia pun mengambil buku itu"MUHAMMAD", judul buku yang tertulis di buku itu

[+] Jikalah Pada Akhirnya...

Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.

Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu padaakhirnya,Maka mengapa tidak dinikmati saja,Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalupada akhirnya,Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.

Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masalalu pada akhirnya,Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa,Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu padaakhirnya,Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya,Sedang taubat itu lebih utama.

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya.

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu padaakhirnya,Maka mengapa mesti membusung dada dan membuatkerusakan di dunia,Sedang dengannya manusia diminta memimpin duniaagar sejahtera.

Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.

Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya,Maka mengapa mesti dirasakan sendiri,Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya,Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.

Suatu hari nanti,Saat semua telah menjadi masa laluAku ingin ada di antara merekaYang bertelekan di atas permadaniSambil bercengkerama dengan tetangganyaSaling bercerita tentang apa yang telahdilakukannya di masa laluHingga mereka mendapat anugerah itu.

[(Duhai kawan, dulu aku miskin dan menderita,namun aku tetap berusaha senantiasa bersyukur danbersabar.Dan ternyata, derita itu hanya sekejap sajadan cuma Seujung kuku, di banding segala nikmatyang kuterima di sini)

(Wahai kawan, dulu aku membuat dosa sepenuh bumi,namun aku bertobat dan tak mengulang lagi hinggamaut menghampiri.Dan ternyata, ampunan-Nya seluas alam raya,hingga sekarang aku berbahagia)]

Suatu hari nantiKetika semua telah menjadi masa laluAku tak ingin ada di antara merekaYang berpeluh darah dan berkeluh kesah:Andai di masa lalu mereka adalah tanah saja.

[(Duhai! harta yang dahulu kukumpulkan sepenuh raga,ilmu yang kukejar setinggi langit,kini hanyalah masa lalu yang tak berarti.Mengapa dulu tak kubuat menjadi amal jariah yangdapat menyelamatkanku kini?)--

(Duhai! nestapa, kecewa, dan luka yang dulu kujalani,ternyata hanya sekejap sajadibanding sengsara yang harus kuarungi kini.Mengapa aku dulu tak sanggupbersabar meski hanya sedikit jua?)]

Friday, July 01, 2005

[+] Tentang Tipical Manusia

sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara semua ciptaan-Nya, karena beban yang akan diemban oleh manusia pun tidak kecil... Menjadi Khalifah bagi alam semesta, bukankah ini beban yang teramat sangat berat !!!

Ada 3 tipe manusia melihat sebuah kesempatan. Dalam pepatah mandarin dikatakan :
Orang yang lemah, menunggu kesempatan.
Orang yang kuat, menciptakan kesempatan.
Orang yang cerdik/bijak memanfaatkan kesempatan.

Bagi orang lemah, bila kesempatan belum datang, diaakan menunggu dan menunggu sampai kesempatan itudatang, Bila ditunggu kesempatan belum juga datang,dia berpikir, yah.... Ini memang nasibku.

Tipe kedua: bagi orang kuat, bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan berbagai macam cara,kreatifitas, koneksitas, dan segenap kemampuannya untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya.

Tipe ketiga: bagi orang cerdik/bijak, dia akan memanfaatkan kesempatan karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga, belum tentukesempatan itu datang untuk kedua kali. Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh pematangan waktu.

Kita perlumenunggu sesaat, tetapi bukan dengan sikap yang pasif,sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan sikap waspada, proaktif dan penuh kesiapan. Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus,kucing bisa dengan sabar, waspada, penuh kesiapanmenunggu kesempatan tikus keluar dari lubangpersembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akansegera menyergap mangsanya.

Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah serangkaian proses melakukan 3 hal yang di atas, yaitu kemampuan menunggu kesempatan bukansecara pasif tetapi proaktif, penuh kesiapan. Begitukesempatan tercipta langsung dimanfaatkan.

Kesempatan merupakan salah satu factor yang harus dimiliki bagi siapa saja yang mau mengembangkan diri. Tanpa kesempatan yang tersedia, tidak mungkin kitabisa sukses. Oleh sebab itu bila kesempatan belumdatang, kita harus berusaha menciptakannya, bahkan didalam kesulitan pun, jika kita punya keuletan untukberusaha terus menerus, suatu hari, kesempatan pastiakan datang.

Seperti yang tersapat dalam Quran : "Di dalam setiap kesulitan terdapat kemudahan(kesempatan)."

Pastikan dengan segenap kreatifitas, kerja keras,keuletan dan niat baik kita ciptakan kesempatan,manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan dirisemaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebihbaik, lebih sukses, dan lebih berarti !!!

Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success.