Ada empat ciri orang yang (beramal) riya: malas beramal jika bersendirian, bersemangat beramal bila di depan orang, bertambah amalnya jika dipuji dan menguranginya jika dicela ( Saidina Ali bin Abi Talib).
Ahli hikmah mengibaratkan orang yang ria dalam melakukan sesuatu, termasuk melakukan ibadah kepada Allah, itu dengan orang yang pergi ke pasar yang kantongnya diisi penuh dengan batu. Tujuannya tidak lain agar orang-orang melihatnya dengan kagum dan menyangkanya kantongnya penuh dengan uang. Ini bermakna bahwa suatu pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak, sungguh-sungguh, melelahkan, dan bahkan memakan korban jiwa, adalah samasekali perbuatan yang sia-sia. Sebab, suatu pekerjaan yang mengandung riya tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, karena yang jelas dia hanya melakukan sesuatu dengan mengharapkan sesuatu pujian dari manusia.
Orang yang beramal dengan ria pada hari kiamat nanti akan disuruh mengambil pahalanya di dunia ini dari orang-orang yang dia beramal untuk orang tertentu. Katankanlah misalnya seorang pemuda yang ingin membantu orang yang terkena tsunami dengan mengharapkan penghargaan pemerintah, bukan ikhlas karena Allah. Akibatnya, pekerjaan itu akan serius dilakukan di daerah-daerah tertentu yang mudah terlihat oleh pemerintah.
Lebih jauh, Nabi Muhammad menyamakan amal dengan ria itu dengan syirik. Kata Nabi, Sesuatu yang paling aku takuti terjadi padamu sekalian adalah penyakit syirik kecil. Para sahabat bertanya, Apa itu syirki kecil? Nabi menjawab, Itulah ria.
Ahli hikmah mengibaratkan orang yang ria dalam melakukan sesuatu, termasuk melakukan ibadah kepada Allah, itu dengan orang yang pergi ke pasar yang kantongnya diisi penuh dengan batu. Tujuannya tidak lain agar orang-orang melihatnya dengan kagum dan menyangkanya kantongnya penuh dengan uang. Ini bermakna bahwa suatu pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak, sungguh-sungguh, melelahkan, dan bahkan memakan korban jiwa, adalah samasekali perbuatan yang sia-sia. Sebab, suatu pekerjaan yang mengandung riya tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, karena yang jelas dia hanya melakukan sesuatu dengan mengharapkan sesuatu pujian dari manusia.
Orang yang beramal dengan ria pada hari kiamat nanti akan disuruh mengambil pahalanya di dunia ini dari orang-orang yang dia beramal untuk orang tertentu. Katankanlah misalnya seorang pemuda yang ingin membantu orang yang terkena tsunami dengan mengharapkan penghargaan pemerintah, bukan ikhlas karena Allah. Akibatnya, pekerjaan itu akan serius dilakukan di daerah-daerah tertentu yang mudah terlihat oleh pemerintah.
Lebih jauh, Nabi Muhammad menyamakan amal dengan ria itu dengan syirik. Kata Nabi, Sesuatu yang paling aku takuti terjadi padamu sekalian adalah penyakit syirik kecil. Para sahabat bertanya, Apa itu syirki kecil? Nabi menjawab, Itulah ria.
No comments:
Post a Comment