Search This Blog

Thursday, August 18, 2005

[^] Mengucap Insya Allah

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali dengan menyebut “Insya Allah” (QS al-Kahfi: 23-24).

Meskipun banyak orang merasa lega dengan ditandatanganinya kesepakatan damai antara Pemerintah RI dan GAM di Helsinki, namun terwujudnya suasana damai setelah itu tidak bisa dikatakan pasti. Sebab, manusia sebagaimana dimahfumkan oleh Sang Pencipta, Allah SWT, tidak akan tahu pasti apa yang akan terjadi di masa depan. Karena keterbatasan pengetahuan itulah, yang agak tepat untuk dikatakan adalah: dengan penandatanganan kesepakatan damai itu, insya Allah akan terwujud perdamaian antara kita di masa selanjutnya.

Pembubuhan kata “insya Allah” harus selalu diupayakan dalam setiap pekerjaan manusia. Sebab, manusia hanya diwajibkan berusaha sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, selanjutnya adalah urusan Allah. Ketika dibubuhi dengan kata “Insya Allah” yang berarti kalau Allah menghendaki, maka dengan sendirinya perjanjian damai itu akan bermakna akan terjadi kalau Allah menghendaki. Bisa jadi, dan sering terjadi dalam kenyataan, apa yang telah diupayakan manusia dengan seyakin-yakinnya akan tercapai sebagaimana yang diharapkan belakangan tidak demikian, mungkin karena sesuatu hal di luar dugaan kita.

Adanya dugaan ini bukan bermaksud untuk memperkecil harapan dari usaha besar manusia tersebut, tetapi lebih untuk menunjukkan kerendahan hati kita sebagai hamba-hambaNya yang dhaif sekaligus menunjukkan pengakuan kita terhadap ke-MahaKuasa-an Allah terhadap segala sesuatu, termasuk terhadap usaha kita itu.

Lagipula, Allah menghendaki kita sebagai hamba-hambaNya untuk berlaku demikian, sebagaimana peringatanNya terhadap Rasulullah SAW dalam ayat di atas. Insya Allah, cita-cita damai kita tercapai.

No comments: