Suatu ketika, sekelompok wakil dari suku-suku yang tinggal di daerah sekitar madinah melakukan tipu muslihat untuk mengurangi kekuatan Islam dan membalas dendam. mereka menghadap Nabi meminta untuk mengirimkan beberapa sahabat untuk menyiarkan Islam pada suku-suku tersebut.
Nabi menyetujui permintaan mereka dan memilih beberapa sahabat untuk menjadi da’I sesuai permintaan mereka, rombongan tersebut meninggalkan madinah, ketika sampai di suatu tempat bernama raji’, para wakil suku tadi mewujudkan niat jahat mereka. Dengan bantuan suku Huzail, mereka memutuskan untuk menahan dan membunuh para utusan itu.
Shafwan bin Umayyah, seorang kafir yang ayahnya tewas dalam perang Badar, membeli Zaid bin Dasinah untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Diputuskan bahwa Zaid harus digantung dihadapan banyak orang. Tiang gantungan didirikan di Tan’im, kaum Quraisy dan kawan-kawan mereka berkumpul disitu pada hari khusus tersebut, si pesakitan didirikan di tiang gantungan.
Hidup Zaid tinggal beberapa menit lagi ketika Abu Sufyan, tokoh yang bekerja dari balik layar dalam segala urusan menoleh kepada Zaid seraya berkata “Saya bersumpah atas nama Tuhan yang kau percayai, kiranya engkau suka bila Muhammad yang terbunuh sebagai gantimu, sedang engkau bebas dan boleh pulang.” Zaid menjawab dengan gagah, “Saya bahkan tidak menghendaki sebatang duripun menusuk kaki Nabi, walaupun untuk itu saya akan bebas.”
Jawaban Zaid memberi efek besar kepada Abu Sufyan. Ia kagum akan ketulusan para sahabat Nabi. “Sepanjang hidup saya” katanya, “belum pernah saya melihat sahabat seseorang yang demikian berbakti dan siap berkorban seperti para sahabat Muhammad.” Segera setelah itu Zaid digantung, dia mengorbankan nyawanya demi Islam.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad, mari kita barsalawat pada kekasih pilihan.
Bagaimana sahabat tidak mencintai Rasul sementara cinta Rasul begitu besar pada ummatnya. Seolah terngiang-ngiang di telinga kata-kata terakhir yang diucapkan Rasul “ummatiy.. ummatiy…”
Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. Berkata: Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu yang tidak biasa datang dalam keadaaan berubah mukanya, maka ditanya oleh Nabi SAW “mengapa aku melihat kau berubah muka?”
Jibril menjawab: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu disaat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahwa neraka jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu besar untuk bersuka ria sebelum ia merasa aman daripadanya…… neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari laki-laki maupun perempuan.”
Nabi SAW bertanya : “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?” Jibril menjawab :”Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanannya 70.000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 lipat.”
Rasulullah SAW bertanya: ”siapakah penduduk masing-masing pintu?” Jibril menjawab: ”pintu yang terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yang kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat Nabi Isa as serta keluarga Fir’aun, sedang namanya Al-Hawiyah. Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim, Pintu ketiga tempat para Shobi’in bernama Saqar. Pintu keempat tempat iblis dan pengikutnya dari kaum Majusi bernama ladha. Pintu kelima orang Yahudi bernama Huthomah. Pintu keenam tempat orang nashara bernama sa’iir.”
Kemudian Jibril diam karena segan pada Rasullahh SAW. Sehingga ditanya :”mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ketujuh?”
Jibril menjawab: “Di dalamnya orang-orang yang berdosa besar dari ummatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat.”
Maka Nabi jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala Nabi SAW di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar Nabi SAW bersabda : “Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummatku yang akan masuk ke dalam neraka?” Jibril menjawab: “Ya, yaitu orang yang berdosa besar dari ummatmu.”Kemudian Nabi SAW menangis, lalu masuk kedalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk shalat kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang lain dan bila shalat selalu menangis.
Allahumma shally ‘ala Muhammad, “Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya beshalawat atas Nabi, hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu atas Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab:56)
Alasan yang bagaimanakah sehingga para sahabat tidak mencintai Rasul?
Khubaib adalah orang kedua setelah Zaid bin Dasinah yang di tawan para suku-suku pembelot pemerintahan Islam, dia ditahan untuk sementara, dewan Mekah kemudian memutuskan bahwa ia juga harus digantung di Tan’im. Ketika khubaib telah berdiri di sisi tiang gantungan, Khubaib meminta izin kepada para pejabat berwenang untuk mendirikan shalat. Setelah diizinkan, ia mendirikan shalat dua rakaat secara singkat dan sempurna. Kemudian ia berpaling kepada para pemimpin quraisy seraya berkata: “kalau bukan karena khawatir kamu akan mengira saya takut mati, saya akan shalat lebih banyak dan akan memperpanjang ruku’ dan sujud dalam shalat saya.” Kemudian ia menengadah ke langit seraya berkata, ya Allah ! kami melakukan kewajiban yang diamanatkan Nabi kepada kami.” Perintah diberikan, dan kubaib pun digantung. Sesaat sebelum mati ia berkata, “Ya Tuhan! Sampaikanlah kiranya salam saya kepadanya.”
Maha suci Allah atas setiap detik waktu yang kita lewati, adakah jawaban yang lebih tepat mengapa Khubaib melakukannya kecuali cinta? Atas nama cinta para sahabat menjual diri dan harta mereka kepada Allah SWT.
Terakhir…ada ungkapan cinta yang sangat saya suka dari seorang kawan (semoga beliau tidak keberatan saya menuliskannya disini untuk mengakhiri tulisan yang mungkin kecil dan tidak berharga ini)
Aku takut cintaku hanya sementara,
maka aku mencintai keabadian.
Aku takut mencintai yang fana,
karena aku tak ingin kehilangan
Terkadang aku takut dicintai,
karena aku khawatir tak bisa memberi
Aku takut mencintai,
maka aku belajar memahami
Aku mencintai ketakutanku,
sebab ia memberikan rasa aman
Aku merasa tak aman saat mencintai apa yang tak kupahami
Aku Tanya pada cintaku pada siapa ia mau berteman,
Ia katakan padaku ia mencintai SANG ABADI
(untuk mereka yang mendamba cinta-NYA).